Menjelang 30 tahun

Segera, saya akan menjelang umur saya yang ke 30 tahun. Perasaan grogi itu mau tidak mau mulai merayapi pikiran. Tidak hanya masalah jodoh, masa depan, kematian, dan masalah kesehatan pun berulang kali terpikirkan, lengkap~ seperti dalam pilihan aplikasi horoskop. Semua hal itu menghantui saya.

Aneh ya. “Sebentar lagi saya berumur 30tahun, yang benar saja?” “Menikah? Ngurus suami? Ngurus anak? belum kebayang” Hehe pertanyaan2 yang (mungkin) biasanya muncul pada jomblo terlalu serius menjalani hidup, yang hampir menjelang 30 tahun, tapi masih saja slengekan (jd masih ada waktu untuk berpikir hal yang terlalu abstrak semacam itu) seperti saya.

Tidak hendak membandingkan dengan kehidupan orang lain, tetapi adanya grup2 SMA, Kuliah di facebook, whatssap dan sejenisnya, mempertontonkan keseharian orang2 seusia saya dengan pilihan hidup yang berbeda dari saya, membuat saya sedikit meneguk ludah. Mereka tampak berbahagia.

Menjadi PNS segera setelah mereka lulus, menikah, kemudian sekarang dikelilingi balita-balita yang ajaib lucunya. Sedangkan saya, masih saja di rumah, merenungi hidup, hehe. Masih saja bermain ‘patah hati-patah hatian’ karena terlalu sering gagal dalam hal asmara.

Wanita yang menggagalkan berbagai macam hubungan yang tampak serius, dan digagalkan oleh hubungan yang mustahil, itulah saya. Bukan bermaksud  mengeluh atas keputusan yang telah saya buat. Saya bahkan merasa bersyukur, dan menyadari satu hal. Dalam hal asmara, kesalahan ada di tangan saya sepenuhnya 🙂

Dalam hal karir, saya juga terlalu melow dan malas bergerak. Saya tidak dewasa. Saya merasa begitu terikat dengan kantor tempat awal saya bekerja. Alasannya sih karena kekeluargaannya kuat dan lain-lain, padahal dasarnya saya aja yang malas. Butuh waktu 4 tahun untuk kemudian saya menyadari saya harus melanjutkan mimpi saya. Dan sayangnya 4 tahun yang saya lewati tersebut, saya campur adukkan dengan kisah asmara yang mawut #eh! Jadinya  selain hati saya yang semakin lapang dan dewasa, yang lainnya tidak berkembang seperti yang saya impikan.

Saya berulang kali membuat sebuah keputusan mengenai adegan2 penting dalam hidup saya yang bertentangan dengan diri saya sendiri. Itu adalah satu dari sedikit yang saya banggakan dari diri saya, keberanian untuk nekat dan berbeda dari yang lainnya.

Melihat teman2 saya dengan karir, keluarga mereka membuat saya tercenung. Tetapi, ketika saya bertanya kepada diri sendiri, “do you want their life instead?” saya bahkan tidak bisa membayangkannya. Saya mau hidup saya sendiri. Saya belum ingin menikah. Kadang-kadang saya berpikir, mungkinkah saya memiliki semacam trauma dalam hal asmara terhadap mahkluk yang bernama lelaki? Mungkinkah saya ketakutan pada konsep “keluarga”?

Masih menjadi misteri bagi saya yang harus segera dipecahkan apabila saya ingin menjadi wanita dewasa yang siap menghadapi umur 30 tahun dengan segala resikonya.

Resiko dipanggil ‘bu’, resiko merasa minder dg bodi remaja-remaja 20 tahunan yang keren abis, resiko kalah saing di panggung sandiwara cinta, resiko dilabeli perawan tua, dan resiko-resiko yang lainnya.

Saya sudah dewasa (mutlak), saya bisa berpikir dewasa (hasil dari pengalaman2 pahit yang panjang), tapi untuk bersikap dewasa dan bertindak dewasa saya merasa kurang mampu. Saya tahu terhadap diri saya sendiri, saya inkonsisten dan tidak memberdayakan kemampuan saya sendiri secara maksimal. Tapi saya akan berubah, sedikit demi sedikit.. Karena segera, umur saya akan berubah menjadi 30 tahun.

Leave a comment