Politik Manusia

Manusia itu aneh, ya.. saya tidak hanya membicarakan seseorang atau sekelompok orang tertentu, tapi saya juga ikut menyindir diri saya sendiri. Anehnya kenapa? Manusia tidak mampu melihat kelemahan diri sendiri, tetapi kelemahan orang lain yang kecilpun tampak, dan dibesar-besarkan demi kepentingannya. “Gajah di pelupuk mata tak nampak, semut di seberang lautan nampak”, peribahasa yang benar-benar mengena dan dihasilkan oleh seorang bijak yang memahami manusia dengan kepentingan-kepentingannya, politik manusia.

Bukannya menggeneralisasikan, tetapi memang yang terjadi, kaum wanita-lah yang sering melakukan hal-hal ini (di Indonesia). Setiap manusia pasti memiliki aibnya masing-masing, hal-hal yang dia tidak inginkan untuk diketahui oleh orang lain. Bisa berupa kelemahan, bisa berupa kesalahan di masa lalu, dan lain sebagainya. Tetapi kenyataannya, kenapa bisa ya manusia menjaga aibnya supaya tidak diketahui oleh orang lain? Sedangkan aib orang lain dengan asyiknya dia umbar, dia bahas, tanpa berniat memberikan solusi atau jalan keluar. Hanya merasa senang saja, apabila ada manusia lain yang (pada saat itu tidak begitu disukainya) memiliki kelemahan yang kebetulan diketahuinya.

Ah… sedihnya, menyadari bahwa suatu ketika saya pun melakukan hal yang sama. Supaya aib saya tetap aman, saya usahakan untuk mengalihkan perhatian orang-orang kepada kesalahan salah seorang manusia lainnya yang tidak begitu saya suka. Sedihnya..

Bagi saya, dan mungkin terjadi bagi orang yang lainnya juga, kenapa saya membahas tentang kelemahan si A, kenapa saya menjelek-jelekkan si B, pasti ada motifnya. Banyak sebab, salah satunya adalah alam bawah sadar saya menganggap keberadaan si A atau si B sebagai suatu ancaman. Bisa jadi si A lebih cantik, atau si B lebih pandai, dan keberadaan si A atau si B akan menurunkan kadar kecantikan dan kepandaian saya. Ah.. sedihnya.

Saya tidak berusaha untuk membela diri saya sendiri. Tetapi sudah semenjak SMA saya melatih diri saya dengan kesadaran ini. Manusia menjelek-jelekkan yang lainnya agar posisinya aman, atau agar mendapatkan dukungan dari sebagian yang lainnya. Sudah saya latih diri saya sendiri (walau masih sering luput), saya tanamkan, bahwa saya tidak akan mendapatkan apa-apa dengan berbuat curang. Teman-teman yang berada di dekat saya dengan kecurangan saya, tidak akan bertahan lebih lama dari pelangi. Saya sadari, bahwa dengan menjelek-jelekkan orang lain, saya sedang melakukan perbuatan curang.

Walaupun terkadang saya masih sering luput, ikut-ikut nggosip tentang keburukan orang lain, ada satu dari banyak hal yang saya banggakan dari pribadi saya. Yaitu, saya selalu berani mengkonfirmasi sebuah kebenaran, walaupun itu adalah untuk membenarkan orang yang tidak saya sukai.

Sangat sering, ketika saya bergosip tentang seseorang lain yang saya juga kurang sukai, kemudian lawan bicara saya membicarakan kejelekan orang tersebut yang saya ketahui tidak benar, maka saya akan dengan berani membenarkan.. Bahkan ketika saya menyebarkan keburukan seseorang, lalu ternyata berita yang saya sebarkan salah, saya berani mengkonfirmasi hal tersebut, membetulkan kebenarannya.

Misalnya, saya sedang bergosip dengan si G, lalu dia bercerita tentang si F musuhnya, “Masak si F waktu itu tidak datang menjenguk saya di rumah sakit, heran benar, sebegitu membencinya dia.” Kenyataan yang terjadi, si F sudah menjenguk tetapi ketika si F datang, si G sedang tidur, dan si F tidak mau membangunkan si G, maka saya akan membenarkannya, “Nggak lho, dia datang, tapi kamu waktu tidur. Nggak ada yang sampaikan ya?” Hal-hal semacam itu. Saya bahkan pernah meng-sms kepala kantor dan koordinator2 kepala karena hal yang saya sampaikan ketika bertemu tidak benar, dan saya minta maaf. Hebat kan? #eh

Sayangnya, teman-teman yang berada di dekat saya, tidak berpikir perlu untuk memperbaiki kabar-kabar atau gosip-gosip yang mereka sebarkan, dan bahkan terkesan menambah-nambahi. Kadang saya heran, apakah apa yang mereka tangkap salah, atau benar-benar mereka tambah-tambahi keburukannya demi menambah citra buruk tentang seseorang, dan demi untuk menggalang persatuan sesama pembenci seseorang tersebut? Dengan mengadu domba?

Hanya dengan beberapa patah kata tentang seseorang, akibat yang terjadi bisa begitu parah. Seperti yang sedang saya amati akhir-akhir ini, sehingga mendorong saya untuk menulis blog dengan judul ini. Seseorang yang saya hormati, sebut saja si Dora, tanpa sengaja mengungkapkan kekecewaannya tentang seseorang, sebut saja Spongebob, kepada seluruh negeri. Kepada orang-orang yang berada di sekitar si Spongebob, juga kepada orang-orang yang membenci si Spongebob.. Tanpa Dora sadari, karena ceritanya yang begitu menggebu-gebu tentang keburukan Spongebob, kepada apa yang dilakukan Spongebob kepadanya, bagi saya, hal itu justru terdengar memalukan. Mungkin memang saya adalah tipe orang yang menyimpan segala sesuatunya seorang diri, yang kalau luput keceplosan ngomong tentang seseorang, akan menjadi merasa bersalah sekali, jadinya nilai-nilai yang saya bawa lebih baik diam, daripada mengumbar emosi ke sana ke mari.

Saya mengerti kekecewaan si Dora, dan benar Spongebob memang tidak berlaku adil, tetapi… yang dia bilang “curhat”, tetapi ke seluruh penjuru negeri. Sedangkan yang dia ceritakan juga hanya berasal dari sudut pandang dia saja, hal itu juga tidak bisa membuat saya menyetujui langkah yang dia ambil. Politik manusia yang benar-benar berorientasi kepada dirinya sendiri.

Tanpa setiap manusia sadari, kami saling menjatuhkan satu sama lainnya untuk kepentingannya masing-masing. Ah.. Syukurlah saya mendapatkan pelajaran ini sehingga membuat saya lebih aware dengan tindakan-tindakan yang saya lakukan. Mari percaya, tidak ada tindakan yang akan berjalan benar, ketika kita tidak memilih motif yang benar. Tidak ada hasil yang berkah, apabila kita melakukannya melalui kecurangan. Setiap dari kita juga berusaha menutup aib, maka marilah berlaku adil. Tak perlulah berbuat curang dengan membuka aib orang. Mari percaya.

 

 

 

Leave a comment